Dua Minggu Tidak Sekolah, Ternyata Bocah SDN 1Banda Aceh Rawat Ibunya yang Stroke Seorang Diri
Susi Lailiana, S.Pd, Wali Kelas V SD Negeri 1 Banda Aceh, tidak dapat lagi memendam gelisah. Sudah dua minggu, Nur Azilla (11) tidak masuk sekolah. Pada Selasa (2/3/2021) dia menyampaikan hal tersebut kepada Kepala Sekolah Ramli,S.Pd,M.Pd. lelaki berkumis tebal itu meminta Susi berkunjung ke kediaman sang murid.
Tidak menunggu waktu, Susi pun bergerak ke Gampong Punge Jurong, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Tiba di sana, ia tidak kuasa memendam duka. Di dalam rumah kontrakan tipe 36, yatim itu merawat ibunya yang menderita stroke parah. Perempuan bernama Elli Agustriani –kelahiran 1969, itu terbaring di atas kasur lusuh, dan tidak dapat lagi bicara.
Sebagai guru, Susi tidak menunjukkan gemuruh di dalam dadanya di hadapan muridnya itu. Bocah perempuan tersebut juga seakan memasang ‘barrier‘. Ia tidak mau jauh dari ibunya. Ada signal ketidakberdayaan, sekaligus pesan seakan tidak nyaman.
Setelah memberikan sedikit bantuan, Susi kembali ke sekolah. Dia melapor kepada Ramli. Hari itu juga, lelaki berkulit eksotis itu mengirimkan beras dan air minum ke alamat Nur Azilla.
“Besok kita home visit ke sana,” kata Ramli.
Rabu (3/3/2021) pagi, mengenakan atasan kemeja putih dan bawahan warna hitam, Ramli dan sejumlah guru berkunjung ke kediaman Nur Azilla. Di perjalanan, suasana hati mereka gundah-gulana.
Tiba di depan rumah itu, Ramli bertambah gundah. Hunian itu tidak terurus. Seluruh bagian rumah dihinggapi debu. Air di kamar mandi tidak ada –bibir Nur dan Elli juga terlihat sangat kering. Pecah -pecah, mungkin kurang minum. Piring kotor berserakan. Rumah itu seperti telah begitu lama tidak dihuni, walau nyatanya seorang perempuan paruh baya dan bocah perempuan kelas V SD ada di dalamnya.
Pekerjaan pertama yang mereka lakukan di sana adalah membersihkan rumah itu. “Kami sapu lantainya. Baru kami duduk mendengarkan cerita,” kata seorang guru perempuan, ketika dijumpai oleh acehtrend di ruang kerja Kabid Dikdas Disdik Banda Aceh.
Kepada guru – gurunya itu, Nur mengaku bila tidak bisa datang ke sekolah karena tidak bisa lagi meninggalkan ibunya. Dia harus mengganti popok, memberi makan dan minum kepada sang bunda.
Hidup dari Belas Kasihan Warga
Tidak diketahui sejak kapan Elli mulai sakit. Tidak ada yang dapat menjelaskan dengan detail. Nur Azilla sendiri tidak pernah menyampaikan masalahnya kepada siapapun.
Keucik Punge Jurong dan warga selama ini turun tangan membantu. Termasuk menyediakan rantangan untuk makan ibu dan anak itu. Pun demikian, Nur tidak membuka diri kepada warga. Setiap bantuan yang diberikan, ditaruh di teras. Sebuah kotak kecil di depan pintu dipasang untuk tempat menaruh sumbangan.
Secara swadaya warga, beberapa kali sang ibu dirujuk ke rumah sakit. Tapi paling lama bertahan di RS hanya dua hari. Tiap ditanya, jawabannya selalu sama. Nur dan Elli tidak punya biaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Mata Lebam dan Tubuh Terdapat Bekas Cakaran
Ketika Ramli berkunjung, dia memerhatikan kondisi tubuh ibunya Nur. Lebam di bagian kelopak mata, serta di beberapa tempat lain. Juga terdapat bekas cakaran di bagian tubuh perempuan berkulit kuning langsat itu.
Ketika ditanya, Nur mengaku bila ia yang memukul ibunya, sehingga timbul lebam. Kala menjawab, Nur terlihat gundah.
“Nur Azilla mengaku bila ia memukul ibunya. Tapi saya ragu. Ada sesuatu yang ditutupi,” kata Ramli.
Selama ini, Nur sangat tertutup dengan siapapun. Jarang sekali warga diperkenankan masuk ke dalam rumah itu. Bila pun ada yang berhasil mendobrak pintu, tidak banyak yang bisa dilakukan. Nur seakan memberi batas. Tidak boleh ada yang mendekat. “Ketika guru datang, dia segera berlari memeluk ibunya.”
Saat ini, Elli sudah dirujuk ke RSU Meuraxa, Banda Aceh. Pihak sekolah sedang berembuk untuk menentukan langkah selanjutnya.
Sebelum hal tersebut terungkap, sekolah juga sudah memberikan yang terbaik untuk Nur Azilla. Bocah itu diberikan beasiswa PIP dan beasiswa yatim. Juga bantuan – bantuan lainnya.
Hal yang membuat Ramli heran, menurut keterangan wali kelas, Nur selalu terlihat ceria ketika di sekolah. Makanya mereka tidak menyangka bila anak itu menanggung beban tak terperi.
Barulah ketika ia tidak masuk sekolah selama dua minggu, hal pilu itu terungkap.
“Sudah tiga tahun di SDN 1 Banda Aceh kami berlakukan program home visit. Kegiatan itu untuk menelusuri permasalahan murid dan keluarganya. Nur adalah kisah kesekian dari banyak fenomena sosial yang kami temukan dari hasil kegiatan saweu aneuk mit,” imbuh Ramli.