Ini Rahasia Doa Nabi Musa Sebelum Belah Laut Merah


 Ilustrasi

Reporter : Sandy

Nabi Musa menemui jalan buntu. Di depan terbentang lautan luas. Balik ke belakang? Tak mungkin. Firaun dan pasukan mengekori mereka. Lantas dia berdoa.

Dream - Musa merupakan salah satu nabi yang diberi mukzizat begitu besar oleh Allah. Kisah Nabi Musa banyak tercantum di dalam Alquran.

Salah satu mukjizat itu adalah kemampuan Musa membelah Laut Merah –tentunya dengan seizin Allah– saat dikejar oleh sang penguasa Mesir, Firaun, dan pasukannya.

Saat dikejar Firaun dan pasukan itu, Nabi Musa menemui jalan buntu. Di depan terbentang lautan luas. Balik ke belakang? Tak mungkin. Firaun dan pasukan mengekori mereka.

Di tengah kebuntuan itu, Nabi Musa berdoa kepada Allah. “ Allahumma laka al-hamdu, wa ilayka al-musytaka, wa anta al-musta’in, wa la hawla wa la quwwata illa billah al-‘aliyy al-azhim.” Dan laut pun terbelah setelah Nabi Musa memukulkan tongkat.

2 dari 8 halaman

(Yaa Allah segala puji hanya untuk-Mu, dan hanya kepada-Mulah tempat mengadu, dan Engkaulah Penolong dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Zat Yang Maha Tinggi dan Maha Agung).

Maka Al-A'masy berkata, "Tidaklah kami pernah meninggalkan membaca kalimat itu sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-Asady Al-Kuufy. Barang siapa pada waktu pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya."

3 dari 8 halaman

Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia, sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya, karena ia tidak rida dengan qadha' (takdir Allah) dan tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan kekuasaan-Nya.

Karena sesungguhnya apa yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha Ilahi Ta'ala dan atas kekuasaan-Nya. Barang siapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah 2/3 agamanya. Artinya disyari'atkannya penghormatan manusia kepada orang lain adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan harta, sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan ilmu dan amal saleh.

Berkata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailany RA, "Seorang muslim di setiap keadaannya harus selalu dalam tiga keadaan ini. Pertama melaksanakan perintah, kedua menjauhi larangan, dan ketiga ridha dengan pembagian Tuhan." Kondisi minimal bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan tersebut. Wallahu A'lam Bisshowab

4 dari 8 halaman

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir yang Menggetarkan

Pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam (AS) dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Allah menceritakannya dalam Alqur'an agar manusia mengambil iktibar betapa luasnya ilmu-Nya.

Dalam hadits riwayat Al-Bukhari, Ubay bin Ka'ab berkata ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bersabda: "Suatu ketika, Nabi Musa berkhotbah di depan bani Israil, lalu ia ditanya, 'Siapa manusia yang paling berilmu?' Musa menjawab: 'Aku'. Allah kemudian menegur Nabi Musa karena tidak menyatakan yang paling tahu adalah Allah. Allah kemudian mewahyukan kepadanya, "Sungguh, Aku memiliki seorang hamba-Ku di pertemuan antara dua lautan, dan lebih berilmu dari kamu."

Nabi Musa bertanya, "Ya Rabb, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya? Allah berfirman kepada Musa, "Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang maka di situlah hamba-Ku itu berada!"

5 dari 8 halaman

Kemudian Nabi Musa pergi bersama seorang pelayan (ada yang mengatakan muridnya) bernama Yusya' bin Nun. Keduanya membawa ikan itu hingga keduanya tiba di sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan itu menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Musa dan pelayannya merasa aneh.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir ini diabadikan dalam Surah Al-Kahfi. Berikut kisah selengkapnya:

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.'

Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, 'Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.'

6 dari 8 halaman

Muridnya menjawab, 'Tahukah kamu, ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan; dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”

Musa berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu, keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Musa berkata kepada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajariku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam satu urusan pun."

Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."

Berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata, "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."

Dia (Khidir) berkata, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?'

Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku."

7 dari 8 halaman

Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku."

Berjalanlah keduanya, hingga keduanya bertemu dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa kemudia berkata, "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."

Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sungguh kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"

Musa berkata, ‘Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, janganlah kamu membolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."

Keduanya pun berjalan, hingga keduanya sampai di penduduk suatu negeri. Mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu.

Musa berkata, "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."

8 dari 8 halaman

Khidir berkata, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."

"Adapun bahtera (perahu) itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusak bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja (dzalim) yang merampas setiap bahtera."

"Adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang mukmin. Kami khawatir bahwa dia akan memaksa kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Kami menghendaki supaya Rabb mereka mengganti anak lain bagi mereka, yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih mendalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya)."

"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya'." (Surah Al-Kahfi: ayat 60-82)

Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari pertemuan dua sosok manusia pilihan Allah itu. Di antaranya pelajaran berharga tentang adab, kesabaran, hakikat ilmu serta hikmah agar tidak menyombongkan diri. Kisah Nabi Musa dan Khidir ini telah mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa ilmu-Nya benar-benar Mahaluas.

Di dalam Kitab 'Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah' karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki diterangkan bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas adalah nabi yan hidup kekal sampai hari kiamat.

Nabi Khidir berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan. Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung untuk memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung. Allahu A'lam.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel