Sedihnya Kisah Hidup Mbah Umi, Nenek Penjual Peyek yang Hidup Sebatang Kara Ditengah Pandemi Covid-19: Saya Hidup Cuman sama Allah
Seorang Nenek Penjual Peyek yang Hidup Sebatang Kara Ditengah Pandemi Covid-19 (Foto: Ade Septian/YouTube)
SIDOARJO, POSKOTA.CO.ID – Mbah Umi Tamamiyah menjadi salah satu dari sekian banyaknya orang yang terkena dampak besar selama berlangsungnya pandemi Covid-19 di Indonesia.
Nenek berusia 92 tahun ini hidup sebatang kara, ia sudah ditinggal oleh sang suami sejak anak-anaknya masih kecil. Mbah Umi mengaku mempunyai 3 orang anak tetapi sudah meninggal 1 orang.
“(Anak-anak) sudah ikut orang semua nak, mbah hidup sendiri sama Allah,” ucapnya sebagaimana dikutip poskota.co.id dari kanal YouTube Ade Septian pada 22 Agustus 2020 lalu.
“Anaknya nggak tau lah, kerja bangunan nak, yang satunya di Solo, kalau sudah nggak ada yasudah nol, yam bah nyari makan sendiri nak,” sambungnya.
Demi memenuhi kehidupannya sehari-hari, Mbah Umi kini hanya bisa menjual peyek yang dijualnya dengan harga yang sangat murah yakni Rp2 ribu saja per satu peyek.
Mbah Umi tinggal di kawasan Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Setiap pagi sekitar jam 5 subuh dia sudah berangkat menjajakan dagangannya, tetapi karena tidak kuat berjalan jauh Mbah Umi harus naik becak ke tempat biasa dia mangkal menjualkan peyeknya.
Selain itu, Mbah Umi juga mengaku kesulitan untuk mencari uang selama pandemi Covid-19 merajalela di Indonesia.
Mbah Umi mengaku tetap nekat berjualan di masa pandemi ini lantaran ia perlu mencari uang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Meskipun sudah diimbau oleh pihak Rukun Tetangga (RT) tempat dirinya tinggal untuk tetap, tetapi ia ‘melawan’ imbauan itu karena ia lebih perlu berdagang demi mendapat penghasilan.
“Biar nak, meskipun ada Corona katanya RT harus dirumah, terus nenek makan apa nak?,” ujarnya sambil menangis. (cr03)