Ustadz Adi Hidayat Bagikan Tips dalam Islam agar Rezeki Terus Mengalir Lancar
Ilustrasi mata uang rupiah. /TransferWise
PORTAL JEMBER – Sebagai agama yang paripurna, Islam telah memberikan panduan dalam segala hal. Termasuk, agar rezeki seseorang lancar.
Rezeki lancar ada ilmunya dalam Islam. Apalagi, keinginan agar rezeki lancar menjadi keinginan banyak orang.
Berusaha bersungguh-sungguh dalam mencari rezeki memang keharusan. Apalagi di masa pandemi, ikhtiar mencari rezeki harus dilipatgandakan.
Tetapi, ada cara yang diajarkan Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang bersumber pada Al Quran agar rezeki yang didapat terus mengalir.
Seperti dikutip PORTAL JEMBER dari video UAH yang diunggah channel Youtube Shirathal Mustaqim pada 9 Juni 2020, setidaknya ada dua level awal rezeki yang harus diketahui bagaimana cara mendapatkannya.
“Pertama adalah rezeki yang mutlak dicari dengan ikhtiar atau usaha. Anda berdagang, berbisnis, menjadi karyawan, dan sebagainya,” kata ustadz yang biasa disapa UAH ini.
Hal ini disesuai dengan keterangan di Surat An Najm ayat 39. Disebutkan bahwa manusia hanya memperoleh atas apa yang ia usahakan.
Dalam bekerja, kata dia, maka harus mengikuti tuntunan agama. Seperti, makan dari rezeki yang zat dan caranya halal (Al Baqarah: 168), selalu berbuat baik dan bertakwa (Ali Imran: 172), dan mengharap berkah dengan menjaga iman dan takwa (Al A’raf: 96).
Kunci utama dari itu semua, kata UAH, ada di Surat Al Isra ayat 76 – 82. Yaitu, melaksanakan shalat tahajud.
“Karena tahajud ini rahasia kekayaan para sahabat Nabi yang konglomerat. Seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, bahkan Abu Bakar,” kata UAH.
Rahasia lain agar rezeki terus mengalir –selain melakukan usaha—adalah bersyukur. “Ada rezeki yang akan turun itu karena kita bersyukur,” sambung UAH.
Hal itu tertuang dalam Surat Ibrahim ayat 7. Siapa saja yang bersyukur, maka nikmat dan rezekinya pasti ditambah.
Bentuknya adalah zakat (At Taubah: 103) dan sedekah (Al Baqarah 172). “Banyak orang mengira kalau harta kita keluarkan untuk zakat dan sedekah itu hilang. Padahal itu hanya cara Allah mau menambah rezeki kita, tapi kita yang tidak mau,” tegasnya.
UAH mengatakan, beberapa sahabat utama Nabi adalah orang-orang kaya. Mereka yang hartanya banyak, tetapi shalat selalu berjamaah di masjid, tahajaud bisa khatam Quran semalam, siangnya jenguk orang sakit, mengantar ke makam orang meninggal, dan semua kebaikan dikerjakan.***