Ini Puncak Semua Istighfar, Baca saat Tidur Pasti Masuk Surga, Ustadz Adi Hidayat: Baca dengan Bahasa Kita
Ustadz Adi Hidayat ungkap puncak segala istighfar yang menjamin surga bila dibaca sebelum tidur. /Tangkap layar YouTube.com/ Ceramah Pendek
PortalJember.com - Kali ini Ustadz Adi Hidayat mengungkap bacaan sebelum tidur yang luar biasa.
Bacaan ini merupakan puncak dari semua jenis istighfar, sehingga Nabi menjaminkan masuk surga bagi orang yang membacanya.
Bahkan, bila kesulitan membaca dengan Bahasa Arab, menurut Ustadz Adi Hidayat boleh memakai Bahasa Indonesia.
Dilansir PortalJember.com dari video yang diunggah kanal YouTube Dakwah Elite pada Rabu, 19 Agustus 2020 mengungkap bacaan yang dimaksud.
Sebelum tidur, umat Islam disunnahkan untuk mengikuti petunjuk Nabi Muhammad saw agar mendapat pahala.
Pada dasarnya, ada beberapa sunnah yang bisa diikuti oleh umat Islam agar mendapatkan pahala tambahan.
Akan tetapi, ada satu sunnah yang pahalanya tidak tanggung-tanggung. Pahalanya langsung surga.
Sunnah tersebut bukanlah membaca ayat kursi atau surat-sùrat tertentu, melainkan membaca istighfar.
Namun, menurut Ustadz Adi Hidayat bukan istighfar biasa yang dimaksud, namun puncak dari segala istighfar.
Bacaan itu tertuang dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari nomor 6.036.
"Kalau bisa jangan istighfar biasa 'astaghfirullah' kalau bisa kita sampaikan puncak dari istighfar," ujarnya.
Orang yang mampu membacakannya dengan ikhlas dan memahami maknanya lalu meninggal saat tidur, terjamin surga kata Nabi.
Akan tetapi, karena bacaannya cukup panjang, seseorang boleh menyampaikannya dalam Bahasa Indonesia atau yang paling dimengerti.
"Kalau belum hafal mau baca silahkan, kalau tidak tolong pahami artinya kita boleh baca dengan bahasa kita," tegasnya.
Adapun istighfar yang dimaksud oleh Ustadz Adi Hidayat biasa dibaca Nabi Muhammad itu adalah sayyidul istighfar. Berikut bacaan lengkap dan artinya:
اَللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtnii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika. mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini'matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta.
“Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji-Mu. Dan Aku berjanji kepada-Mu dengan semampuku. Aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat. Aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau.”***