Buya Yahya Ungkap Ruh Orang yang Sudah Meninggal dapat Mendengar Orang Hidup, Begini Penjelasannya


 Ilustrasi penjelasan Buya Yahya tentang ruh orang yang sudah meninggal bisa mendengar orang hidup. /pexel/Jeswin Thomas

PORTAL JEMBER - Kematian adalah hal yang tidak dapat dihindari manusia, namun juga tidak dapat dipresiksi karena sudah menjadi takdir Allah SWT.

Saat mati atau meninggal dunia, tubuh dan ruh manusia akan terpisah yang dalam kasat mata ditandai dengan berhentinya fungsi organ tubuh.

Yakni, tidak lagi bernapas, darah tidak lagi mengalir sehingga tidak ada denyutan, dan otak berhenti bekerja.

Setelah meninggal umat muslim akan menguburkan tubuh atau raga orang yang meninggal tersebut. Sedangkan ruhnya akan pergi ke alam barzah.

Namun, apakah ruh orang yang sudah meninggal dapat mendengar suara dari orang yang masih hidup?

Buya Yahya telah menjelaskan hal tersebut sebagaimana dikutip PORTAL JEMBER dari YouTube Al-Bahjah TV.

"Masalah orang meninggal bisa mendengar orang hidup ini hampir disepakati, memang ada perbedaan, sebagian mengatakan tidak mendengar," kata Buya Yahya dikutip PORTAL JEMBER dari YouTube Al-Bahjah TV yang diunggah pada 16 Oktober 2018.

Ia kemudian mengisahkan bahwa Nabi pernah berseru memanggil satu persatu nama para sahabat yang gugur seusai perang Badar.

Sampai kemudian Syaidina Umar berkata,"Ya Rosulullah mereka tidak mendengar, mereka sudah mati masa bisa mendengar?"

Nabi menjawab, "Engkau tidak lebih mendengar dari mereka,"

"Artinya apa? Mereka mendengar," kata Buya Yahya.

"Kemudian juga kita disunahkan kalau berziarah kubur mengucapkan apa? 'assalamualaikum' berarti ini mengisyaratkan bahwasanya mereka mendengar," lanjutnya.

Menurut Buya Yahya, periatiwa-peristiwa dalam hadis tersebut menjadi bukti yang kuat bahwa ruh memang dapat mendengar orang yang masih hidup.

"Baik, masalah mendengarnya orang meninggal dunia adalah sudah jelas, tidak usah bertanya lagi, ragu lagi, orang meninggal dunia mendengar omongan. Bahkan, dalam hadist juga ada orang mengubur, ia akan mendengar terompah kaki berjalannya di saat meninggalkannya, ia mendengar semua," kata Buya Yahya.

Akan tetapi ada hal lain yang perlu diketahui, yakni keberadaan dan hukum alam barzah yang berbeda sehingga menimbulkan cara pandang yang berbeda dengan kehidupan di dunia.

"Kemudian yang kedua, tempatnya alam barzah itu bukan di kubur, kubur itu menyimpan jasadnya seorang manusia. Alam barzah ini sampai digambarkan dia sudah alam,"

"Jadi alam itu ada alam rahim, alam dunia, ada alam barzah, ada alam akhirat nanti. Lha, alam lahir dan alam dunia itu beda," terangnya.

"Gedean mana? Gede alam dunia. Apakah setelah itu ada orang ingin masuk lagi ke rahim? Gak ada,"

"Alam barzah dengan alam dunia itu sampai dikatakan perbandingannya seperti alam rahim dengan alam dunia. Gede alam barzah gak tau seperti apa dan dimana tempatnya,"

"Jadi alam barzah itu beda dengan alam dunia. Undang-undangnya pun beda Sampai imam malik mengatakan mereka itu punya roh mutlak, tidak terikat dengan materi, artinya bisa melihat dengan cara undang-undang di alam barzah,"

"Bisa melihat Amerika, Jepang dan sebagainya dalam sesaat cuma cara pandangnya bukan cara pandang syahwat,"

Buya Yahya mencontohkan misalnya orangtua yang sudah meninggal melihat anaknya sedang berhubungan suami-istri, mereka melihatnya bukan sebagai syahwat, melainkan yang dilihat adalaha amalan pahala dan dosanya.

"Undang-undangnya bukan ilmu dunia, undang-undangnya adalah undang-undang ilmu barzah yaitu apa? Amal baik dan buruk,"

Hal ini juga menjadi alasan yang mendasari seorang anak bosa mendoakan orangtua yang sudah meninggal dari mana saja.

Tidak harus mendoakan di kuburnya, karena doanya pasti didengar. Namun, hal ini bukan menjadi landasan atas mengharamkan ziarah kubur.

"Adapun pergi ke kubur ini babnya beda, masalah ziarah kubur yang diajarkan Nabi. Bukan hanya masalah doa. Kalau doa anda dimana saja berdoa, doakan dia," kata Buya Yahya.***

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel