Kisah Pilu Mantan Tukang Kebun Soekarno, Saksi Kemerdekaan Indonesia yang Kini Jadi Pemulung
Arsilan adalah seorang mantan tukang kebun Soekarno yang hidup memprihatinkan. Saksi proklamasi kemerdekaan Indonesia ini kini diketahui menjadi seorang pemulung dan tinggal di gubuk kecil.
Kisah pilu datang dari mantan tukang kebun keluarga Soekarno.
Pria bernama Arsilan yang bekerja di kediaman presiden pertama Republik Indonesia pada tahun 1945 sampai 1958 ini kini hidup kesulitan.
Seperti apa kisahnya? Baca ulasan selengkapnya berikut ini!
Kisah Pilu Tukang Kebun Soekarno
Saksi Kemerdekaan Indonesia
Sebelum menjadi tukang kebun di keluarga Proklamator Indonesia, Arsilan pernah tergabung ke dalam Tentara Pelajar Hizbullah.
Arsilan juga turut berperan menjelang pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Presiden Soekarno, 17 Agustus 1945.
Di saat pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Arsilan sempat menyaksikan prosesnya dari balik pagar halaman rumah Soekarno.
Arsilan menyebutkan jika dia dan ayahnya yang menyiapkan dan memasang tiang bambu untuk bendera merah putih.
Dilansir dari akun Instagram @sorotandunia, Arsilan disuruh untuk mencari bambu, tanpa diberitahu untuk apa bambu itu nantinya.
“Yang masang tiang saya juga ikut. Itu sehari sebelumnya. Kita disuruh pasang, tapi tidak tahu untuk apa. Waktu itu sih belum ada tiang bendera besi, sudah habis sama Jepang,” terangnya.
Berjuang dengan Tulus
Arsilan menceritakan jika dahulu ia sering ikut berjuang tanpa meminta imbalan.
Hanya bermodalkan niat demi membantu kemerdekaan negara Republik Indonesia, Arsilan ikut turun ke ‘medan pertempuran’.
Saat itu di masa penjajahan Jepang, Arsilan tergabung ke dalam Tentara Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI), atau yang dulu lebih dikenal dengan sebutan Laskar Rakyat.
Dalam organisasi itu, Arsilan ikut membela rakyat Indonesia.
“Saya bukan orang kuli, kalau orang kuli minta gaji,” ungkap Arsilan.
Tukang Kebun Soekarno yang Jadi Pemulung
Namun, menjadi saksi hidup proklamasi kemerdekaan tak menjadikannya ‘merdeka’ secara ekonomi.
Untuk membiayai kehidupan sehari-harinya, Arsilan melakukan pekerjaan sebagai pemulung di sekitaran Tugu Proklamasi.
Hasil yang didapat pun tidak menentu setiap harinya. “Paling besar (pendapatan memulung) Rp20 ribu. Yang penting bisa untuk ngopi,” lanjutnya.
Kalau dulu Arsilan tinggal di rumah Soekarno, kini pria yang lahir pada tahun 1925 tersebut, tinggal di sebuah bangunan semi permanen.
Rumah gubuknya itu berdiri di atas trotoar kawasan Jalan Bonang.
Kediamannya persis berada di sisi luar tembok sebelah Timur Taman Proklamasi, di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
Walau dulu ia dekat dengan proklamator Indonesia yang sangat berpengaruh, kini ia terlantung di pinggir jalan.