Sosok Pria Miskin tapi Dipuji Nabi Muhammad, Kisahnya Jadi Inspirasi Dunia sebagai Anak Berbakti


 Doa Rasulullah Muhammad Al Quran

TRIBUN-MEDAN.com - Di antara para sahabat Nabi Muhammad yang dikenal dengan kebaikan dan kesalehan, ada satu sosok yang meminta agar dirinya tidak diketahui oleh banyak orang.

Dia seorang pemuda fakir miskin yang tinggal di Yaman bersama seorang ibu yang sudah sepuh, mengidap kelumpuhan dan buta.

Dia lah Uwais Al-Qarni pemuda berpenyakit sopak, bertubuh belang-belang, terdapat tanda putih di telapak tangannya dan di tengkuknya. Walaupun begitu, sosok ini pernah disebut oleh Nabi Muhammad sebagai penghuni langit, doa dan istighfarnya mustajab.

Rasullah SAW pernah berpesan kepada Khalifah kedua, Umar bin Khattab RA dan Khalifah terakhir Ali bin Abi Thalib RA untuk mencari keberadaan Uwais Al-Qarni. Dan berwasiat, apabila berjumpa dengan Uwais untuk melihat tanda di tangannya, dan untuk tidak lupa meminta doanya yang makbul.

Rasulullah SAW bersabda, "Satu saat akan datang seorang bernama Uwais bin 'Amir bersama serombongan kafilah dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia punya seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah maka akan diperkenankan yang ia minta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni minta lah padanya" (HR Muslim).

Suatu hari, Khalifah Umar teringat pesan Nabi tentang Uwais Al-Qarni. Beliau pun mengingatkan kembali pesan Nabi Muhammad kepada sahabatnya Ali bin Abi Thalib RA sosok Uwais Al-Qarni, yang kesehariannya hanya menggembalakan domba dan unta.

Kesempatan kedua Khalifah bertemu Uwais Al-Qarni pun tiba, saat rombongan dari Yaman datang menuju Syam. Uwais Al-Qarni turut di dalam rombongan ketika tiba di Kota Madinah.

Satu per satu anggota rombongan itu ditanyai oleh Umar RA dan Ali RA Uwais apakah ada sosok Uwais Al-Qarni bersama mereka. Rombongan itu mengatakan Uwais Al-Qarni sedang menjaga unta-unta di perbatasan kota.

Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar RA dan Ali RA segera melangkah pergi untuk menjumpai Uwais Al-Qarni di kemahnya, di perbatasan kota. Saat pertama melihat Uwais, dia sedang sholat sehingga Umar dan Ali menunggu hingga mengucapkan salam.

Setelah itu, Khalifah Umar RA membuktikan perkataan Nabi soal tanda dan ciri yang ada pada tangan Uwais, saat berjabatan tangan. Ternyata memang benar adanya meski tidak pernah berjumpa fisik dengan Nabi Muhammad secara lansgung.

Khalifah Umar dan Ali pun menanyakan namanya, dan dijawab, sesungguhnya aku ini Abdullah (Hamba Allah). Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, kami pun Abdullah.

Uwais kemudian berkata, nama saya Uwais Al-Qarni. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali memohon agar Uwais membacakan do’a dan istighfar untuk mereka.

Uwais yang merasa orang biasa, enggan memunajadkan doanya. Karena kerendahan hatinya, dia merasa sebagai orang yang seharusnya menerima doa dari Khalifah.

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar.

Usai berdoa dan istighfar untuk dua Khalifah, Uwais balik meminta permohonan yang sangat mudah dilakukan. Katanya kepada Umar dan Ali, hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.

Doa Uwais makbul karena selama hidupnya memelihara ketaatanya pada Allah, kecintaannya pada Rasulullah meski tidak pernah bertemu mata memandang. Uwais juga begitu dikenal sebagai anak berbakti, senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya.

Hanya satu permintaan ibunya yang sulit ia kabulkan. "Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," kata ibunya.

Uwais pun terperana, membayangkan betapa jauhnya perjalanan ke Mekkah di antara panas dan teriknya padang pasir tandus. Orang-orang biasanya menggunakan unta untuk membawa perbekalan ke Mekkah, namun Uwais hanya pengembala miskin.

Uwais terus berpikir mengabulkan keinginan sang ibu. Kemudian, dibelinya lah seeokar anak lembu, dan membuatkan kandang di puncak bukit.

Setiap hari ia latihan mengangkat anak lembu it, bolak balik naik turun bukit. Tak jarang warga kampungnya mengolok-oloknya dengan sebutan Uwais gila, Uwais gila, Uwais gila.

Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga untuk menggendong lembunya. Selama 8 bulan berlalu proses ini dilaluinya demi ibunya, sampailah musim Haji. Lembu Uwais pun mencapai 100 Kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar.

Ia menjadi kuat mengangkat beban. Akhirnya orang-orang yang mengolok-oloknya menjadi sabar sebab Uwais berlaku seperti orang aneh sela itu. Orang-orang tersadar maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. untuk latihan untuk menggendong ibunya yang lumpuh untuk berangkat menunaikan haji.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah. Begitu lah cinta Uwais, rela menempuh perjalanan jauh menembus padang pasir nan tandus demi memenuhi keinginan ibunya.

Di Mekkah, di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu? tanya ibunya. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari ibu yang akan membawa aku ke surga", kata Uwais.

Uwais yang tulus dan penuh cinta, seketika itu juga dianugerahkan kesembuhan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya. Bulatan di tengkuk Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mengenali Uwais.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba. Meski tidak kaya, belia kerap membantu tetangganya memberikan jasa dan tenagnya.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan ibadah puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, bermuanjad, memohon petunjuk kepada Allah.

Fenomena Wafatnya Uwais Al-Qarni

Jelang wafat, Uwais Al-Qarni membuat banyak orang berduka. Baik kalngan jirannya, hingga orang asing berebutan untuk memandikannya, mengafani, menggali kuburannya, mengusungnya. Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.

Penduduk kota Yaman saling bertanya-tanya, siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, begitu pikiran warga setempat. Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui Uwais Al-Qarni karena permintaannya kepada Khalifah Umar RA dan AliRAa, agar merahasiakan tentang kehadirannya di muka Bumi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel